Atlet Sepatu Roda tercepat
DIY Kharisma Yudhistira (15) batal diberangkatkan ke Riau untuk mengikuti laga
PON XVIII
- 2012. Atlet
asal
Sleman ini dicoret
oleh pelatih Rudy Priambodo dan Binpres Fauzi karena dinilai
tidak disiplin mengikuti program pelatih.
Fauzi , Binpres KONI DIY
untuk cabor Sepatu Roda yang juga dosen FIK UNY mengatakan, Kharisma kurang disiplin berlatih, kehadirannya
tidak mencapai 90%.
”Kedisiplinan sangat penting untuk meraih prestasi,” kata Fauzi. Ditemui di rumahnya,
Kharisma mengaku enggan mengikuti program angkat beban (weight training) karena takut pertumbuhan badannya terhambat mengingat usianya
masih 15 tahun.
Menurut siswa kelas 3 SMP ini, latihan fisik dengan bersepeda telah terbukti lebih
efektif dibanding angkat beban.
Dengan dicoretnya Kharisma maka DIY
akan kehilangan peluang meraih medali di nomor Sprint 1.500m dan PTP/Eliminasi
10.000m, dua mata lomba yang sebelumnya dipercayakan pada Kharisma. Kontingen
DIY juga tidak bisa mengikuti nomor beregu Relay 5.000m karena hanya
mengirimkan dua atlet putra, sedangkan nomor Relay harus diikuti tiga atlet.
Ketua Pengkab Porserosi Sleman Asep
Komarullah menyesalkan tindakan pencoretan atlet andalan Sleman ini. “Di PON
yang diukur bukan absen, tapi kecepatan,” ujar Asep. Menurut
Asep, ini kali kedua atlet Sleman didegradasi tanpa alasan yang kuat.
Tercepat
Atlet
asal klub
EMIC ini tidak
mengira kalau prestasinya tidak diperhitungkan sama sekali. Dari
tiga atlet putra yang ikut Pelatda PON, Kharisma merupakan atlet tercepat dan
paling banyak mengantongi medali dari event-event penting.
Pada
laga PraPON di Bandung (9-11 Desember 2011), Kharisma berhasil merebut medali
perunggu di nomor 10.000m, menjadi satu-satunya atlet putra DIY yang membawa
pulang medali. Disusul Kejuaraan Sepatu Roda HB Cup III di Yogyakarta (26-27
Mei 2012), Kharisma berhasil meraih medali emas di nomor 1.500m, satu-satunya
atlet putra DIY yang merasakan berdiri di atas panggung juara.
Prestasi
terakhir ditunjukkan Kharisma pada kejuaraan Test Event di Riau, 14-15 Juli
lalu, atlet bertinggi badan 168 ini kembali membawa pulang medali dari nomor
1.500m, meski hanya perunggu. Di final ia beradu cepat dengan atlet-atlet
senior peraih medali emas Sea Games, seperti Alan Chandra, Erlangga Ardiansyah,
dan pelatih Pelatnas Bayu Bimantara.
Dengan
tertutupnya peluang membela kontingen DIY, Kharisma mulai berfikir kembali atas
tawaran pindah ke daerah lain yang sebelumnya ia tolak. “Apa boleh buat, saya
sudah tidak dipakai di sini,” kata Kharisma.