Jumat, 26 Desember 2008

SIKAP PELATIH SEPATU RODA MENGHADAPI ATLET

TIPS PELATIH SEPATU RODA MENGHADAPI ATLET

Banyak kiat yang bisa dilakukan para pelatih sepatu roda untuk membuat atlet tetap bersemangat menjalani program latihan. Berikut ini adalah catatan Ronald, pelatih sepatu roda yang membawa sukses Tim Kaltim pada PON XVIII-2008 di Kaltim. Tentu saja setiap pelatih sudah punya cara tersendiri, namun catatan ini setidaknya bisa dijadikan referensi tambahan. Semoga bermanfaat bagi para pelatih sepatu roda di seluruh tanah air.

Sikap dan tindakan pelatih terhadap atlet yang dibina dibedakan atas 3 tindakan, yaitu :


1. “Overprotection” atau melindungi atlet secara berlebihan, yang berarti juga memanjakan atlet, ini dapat merugikan perkembangan atlet itu sendiri. Sikap ini akan mengakibatkan atlet tidak tahan menghadapi keadaan-keadaan yang menimbulkan gangguan-gangguan emosional, serta beban mental lainnya.
2. “Over-demanding”, yaitu menuntut atlet secara berlebihan artinya menuntut atlet untuk melakukan sesuatu atau mencapai sesuatu diluar batas kemampuannya. Akibat overdemanding, misalnya : (1) menjadikan atlet berkhayal tentang prestasi yang tidak mungkin dicapai, sehingga akhirnya akn berakibat lebih lanjut mengalami frustasi, karena merasa gagal, atau (2) menimbulkan ketegangan yang berlebihan bagi atalet yang sudah mengenal kemampuan dirinya, sehingga sudah mengalami kegagalan sebelum bertanding.
3. “Acceptence” ; yaitu menerima keadaan atlet sesuai apa adanya yaitu keadaan atlet dengan segala kekurangan dan kelemahan-kelemahannya, disamping kemampuan, bakat, dan kelebihannya.


MOTIVASI DAN TEKNIK MOTIVASI

Motif adalah sumber penggerak dan pendorong tingkah laku individu memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan “Motivasi” adalah proses akulturasi dari sumber penggerak dan pendorong tingkah laku individu memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu.


MOTIF DALAM OLAHRAGA

Dalam olahraga motif sangat penting khususnya motif berprestasi, karena tanpa memiliki motif berprestasi dan motif untuk menang, seseorang tidak akan bisa menjadi atlet yang berprestasi tinggi.
 Motivasi berolahraga bagi anak-anak, remaja, dan para orang tua yang tidak mempersiapkan diri untuk pertandingan antara lain :
1. Untuk dapat bersenang-senang dan mendapat kegembiraan.
2. Untuk melepaskan ketegangan psikis.
3. Untuk mendapatkan pengalaman aestetika.
4. Untuk dapat berhubungan dengan orang lain.
5. Untuk memelihara kesehatan badan.
6. Untuk keperluan kebutuhan praktis sesuai pekerjaan.


Kategori utama motif-motif yang menumbuhkan minat anak-anak berpartisipasi dalam program-program olahraga, yaitu :
1. Untuk mengembangakan keterampilan dan kemampuan.
2. Untuk berhubungan dan mencari teman.
3. Untuk mecapai sukses dan mendapatkan pengakuan.
4. Untuk latihan dan menjadi sehat dan segar.
5. Untuk menyalurkan enersi.
6. Untuk mendapatkan pengalaman penuh tantangan dan yang menggembirakan.


TEKNIK MOTIVASI

Menurut F.L. Griffith (1964) Bebrapa metode menimbulkan reaksi kejiwaan yang berbeda-beda:
1. Metode Paksaan, yaitu metode yang memaksa atau malah mengancam atlit untuk melakukan yang diperintahkan pelatih.
2. Metode Persuasif, yaitu dengan cara membujuk atlit untuk melakukan apa yang diminta oleh pelatih, contoh : Memberikan cerita atau hadiah yang menarik.
3. Metode Stimulatif, yaitu dengan cara pelatih memberikan gambaran atau petunjuk sehingga merangsang atlit timbul inisiatif dari dalam diri sendiri.

Dari ketiga cara diatas cara yang paling bagus adalah metode stimulus karena dengan metode ini atlet akan berkembang kreatifitasnya. Sedangkan yang lain merupakan metode yang kurang dapat mendukung berkembangnya atlet.

Prosedur teknik motivasi :
1. Interaksi positif antara atlet dan pelatih.
2. Pelatih harus memahami minat kebutuhan dan kemampuan atlet.
3. Merencanakan program latihan dan intruksi yang sistemtis dan berkelanjutan.

Teknik motivasi dan efeknya :
1. Memberikan tantangan sehingga atlet terstimulasi untuk berlatih lebih keras.
2. Memberi hambatan sehingga atlet merasa tertantang untuk melewati hambatan.
3. Memberi hukuman sehingga atlet yang mendapat hukuman bisa belajar dari kesalahan.
4. Memberikan hadiah atau pujian sehingga motivasi atlet betambah.
5. Teknik persuasif untuk menimbulkan keinginan dari dalam diri atlet.
6. Paksaan sebetulnya tindakan ini dapat menurunkan harga diri atlet sehingga sedapat mungkin dihindarkan.


DISIPLIN ATLET

Disiplin seseorang terlihat dari kesediaan untuk mereaksi dan bertindak terhadap nilai-nilai yang berlaku. Atlet yang disiplin akan berusaha menjaga perilaku dimanapun dia berada, bahkan ketika di masyarakat, dan karena kebiasaan itu pula dia akan patuh kepada pelatih maupun aturan ketika latihan.
 Faktor – faktor yang mempengaruhi kedisiplinan salah satunya adalah dari linhkungan dan keluarga, namun bukan satu – satunya faktor. Melainkan bisa dibentuk dengan dasar kemauan dari atlet itu sendiri.


DISIPLIN SEMU DAN “SELF DISCIPLINE”

Disiplin yangdilakukan atlet dengan keadaan terpaksa atau takut dihukum akan menimbulkan keterpaksaan dan disiplin semu, yaitu displin yang harus diikuti degnan pengawasan da perintah pelatih. Kedisiplinan seperti ini tidak akan bertahan lama, karena tidak diikuti dengan motivasi dari dalam diri.
 Prinsip pengontrolan diri sangat penting untuk menjaga kedisiplinan dan prestasi seorang atlet. Slah satunya adalah untuk melakukan latihan dengan tepat waktu dan tetap melakukan latihan pada porsinya walaupun tidak ada pengawasan dari pelatih. Tanggung jawab adalah inti dari kedisiplinan, tanpa tanggung jwab mustahil disiplin akan terlaksana dengan sempurna.


MENANAMKAN DISIPLIN

Disiplin adalah faktor mutlak yang harus dipunyai atlet. Disiplin harus ditanamkan sejak dini. Penanaman disiplin harus dilakukan secara terus menerus dan kontinyu, sehingga pembentukan kepribadian menjadi pribadi yang disiplin menghasilkan hasil yang signifikan.
 Metode yang sering diberikan adalah reward and punishment yang tentunya disesuaikan dengan sifat – sifat subjek dan norma setempat. Dan ingat bahwa pada dasarnya ini hanya sarana untuk mencapai hasil dan prestasi yang lebih tinggi, bukan malah menurunkan motivasi.
Penanaman disiplin harus diawali dengan konsep yang jelas dari pelatih untuk menjadikan atlet lebih bertanggung jawab. Tidak harus dengan tindakan otoriter ataupun kekerasan, melainkan dengan cara-cara yang dapat memotivasi atlet menjadi lebih bertanggung jawab.

PERCAYA DIRI

Percaya diri adalah modal utama alet unutk mencapai prestasi yang maksimal dibidangnya, karena pencapaian prestasi yang tinggi itu harus dimulai dengan Kepercayaan pada diri sendiri yang tinggi sehingga menghasilkan motivasi dan prestasi yang maksimal.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

aku cuma mau tanya di mana beli sepatu inline speed untuk anakku umur 8 th no sepatu 34. kalau ada yg deket semarang, jangan impor. thanks.